Sabtu, 03 September 2011

Subhan Prasandra : JUDO The Untold Story

Banyak teman-teman saya menanyakan, mengapa saya begitu mencintai olahraga Judo hingga saat ini. Mereka begitu takjub melihat Olahraga yang tampak begitu berbahaya di mata mereka dapat lekat di keseharian saya. Judo memang sedikit ekstrim bagi sebagian orang awam. Betapa tidak, mengingat Judo memiliki kombinasi teknik-teknik berbahaya di dalam aplikasi latihannya seperti membanting, mencekik bahkan mematahkan tulang dan persendian tubuh.

Percayakah kalian, bahwa awal saya berpartisipasi di olahraga ini saya langsung menggunakan Sabuk hitam (salah satu tingkatan tertinggi di Judo). Kalian heran, begitu juga saya hahaha!. Karena saya ada waktu senggang, disini saya ingin mencoba membagi pengalaman saya, bukan pengalaman sebagai juara Judo (karena saya sering kalah tentunya wkwkwkwk), tapi lebih terfokus ke pengalaman saya yang lain yaitu pengalaman saya mempelajari hingga hobi dengan olahraga Judo.

Saya memulai olahraga Judo, tidak lama ketika dojo Toray Tangerang berdiri di dekat rumah saya waktu itu, tepatnya pada tahun 1994. Ketua Toray Judo Club pertama kali, siapa lagi kalau bukan Ayah saya. Beliau yang saat itu menjabat sebagai salah satu pimpinan di Toray Group dipercaya sebagai pelopor berdirinya salah satu dojo Kokoh dan mewah pada masa itu. Karenanya, sebagai pimpinan di perusahaan besar dan kebetulan menjabat juga sebagai Ketua Perkumpulan yang baru berdiri, malu rasanya bila tidak mengikutsertakan salah satu anggota keluarga sebagai “tumbal” nya. Dan tentunya pilihan tersebut jatuh ke saya !.

Seingat saya (sebelum kebanyakan di banting), saat itu saya masih duduk di bangku SD kelas 6 dan masih kurus-kurusnya. Ditawari sesuatu yang mengancam jiwa saya, tentu saja saat itu saya menolak keras menjadi tumbal. Pikir saya, gila..taruhannya nyawa nih ikut kaya gituan !. meski menolak pada akhirnya, tetap saja saya tetap dipaksa ikut latihan. Masih membekas di ingatan saya. Sensei yang pertama mengajari saya Judo yakni seorang Jepang bernama Mr. Nishikawa Sensei. kekar, jago, galak tapi berwibawa. Oh ya, kalian pasti masih penasaran kan, mengapa saya memakai sabuk hitam di awal latihan. Sebabnya saat itu, saya suka banget sama Ninja berbaju hitam wkwkwkw…!!! jadi karena adanya hanya sabuk hitam yang menganggur di rumah (punya sepupu yang latihan Boxer), ya saya pakai ajalah biar keren hahaha. Dan hari pertama latihan sukses saya dibantai makian bahasa Jepang dari Mr. Nishikawa wkwkwk.

Rekan latihan saya saat pertama kali latihan namanya Irdan Rahadian (Alm), waktu saya latihan, dia sudah memakai sabuk kuning dan udah jago judo (pejudo seangkatan saya pasti ikut setuju), dia salah satu andalan team Judo Jabar pada masa itu, selevel dengan Ira Purnamasari, Yofan Halim, Aimee, Yuli Yuliani, dan Hendy. Perlahan namun pasti saya telah keracunan judo, dan mulai menularkan virus Judo di SMP. Alhamdullilah, hingga kini teman-teman SMP dan SMA saya seperti : Ray Victory, Dicky Gunawan, Noviandri, Yophie Yudo, dan Gibran Fatarif Tody, yang saya tularkan Virus Judo masih terjalin hubungan yang sangat baik.

Lama berkecimpung di olahraga ini, menyadarkan saya bahwa penting sekali belajar beladiri di masa muda. Banyak sekali manfaatnya, selain bisa ditakuti orang :) kita pun ternyata bisa menggali potensi diri melalui hobi yang kita rintis. Berdasarkan kombinasi dan pemikiran kacau itu pulalah, pada akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka sebuah kelas judo, masih di lingkungan Toray Judo Club. Anggotanya datang dari temen-temen SMA adik saya, ternyata banyak juga pesertanya.

Memasuki masa kuliah di Fakultas Hukum Universitas Trisakti, saya masih setia menggeluti Olahraga Judo. Kemudian mempelajari Aikido di bawah bimbingan langsung Ferdiansyah Sensei dari Keluarga Besar Aikido Indonesia (KBAI). Jujur saja, saya ikut Aikido karena saya terkesima dengan gerakan Steven Seagal, dia tidak pernah cidera saat berantem wkwkwk. Sayangnya, setelah latihan sekitar 3 tahun, ternyata tidak ada satupun teknik Aikido yang dapat diaplikasikan di Judo dan sebaliknya, saya jadi susah beradaptasi untuk dibanting secara sukarela di Aikido, karena system tubuh saya merespon untuk tidak mau dibanting dan selalu reflek menyerang balik (wkwkwk..judo banget dah), kecewa dengan hasil tersebut akhirnya saya memutuskan berhenti dan tetap melanjutkan Judo.

Pada tahun 2004, saya dan junior saya dari Toray Judo Club yakni Satria Rahman Danu. Mendirikan Judo di SMAN 1 Jakarta Pusat. Inilah momen kelahiran prestasi beberapa pejudo DKI seperti Frisma Wahdaniati, Indah Puspitasari, Zahra, Cici dan Susan Heledy. Meski seiring waktu, saat ini hanya Frisma Wahdaniati dan Indah saja yang masih melakukan latihan karena kesibukan masing-masing.

Tidak lama saya lulus kuliah, kedua adik saya yang atlet Judo, ternyata diterima juga di Universitas Trisakti. sehingga, tidak dibutuhkan waktu lama tepatnya ketika saya dan adik saya, Meirina Ulfah berhasil menggondol 2 medali emas dari 2 peserta dari Universitas Trisakti di ajang Kejurnas Judo Mahasiswa di Malang Jawa Timur. Saya dihadiahi sebuah ruangan dengan matras di Gedung Fakultas Hukum Lantai 9 Kampus A Universitas Trisakti. Di saat bersamaan, masuklah angkatan pertama dari Judo Trisakti seperti : Imam Munandar, SH., dan Andi Irawan, SH., yang tetap memberikan kontribusi bagi perkumpulan hingga saat ini. Inilah cikal bakal terbentuknya Elite Judo Trisakti.

Di Perkumpulan Judo Trisakti, imajinasi dan kreatifitas saya semakin tertantang untuk dikembangkan. Salah satunya dengan menyelenggarakan Kompetisi Judo Trisakti Open yang di awal pelaksanaannya begitu banyak mendapat cemohan dan cobaan dari klub-klub besar. Tapi, disinilah sebenarnya letak kekuatan kami sebagai team, semakin diledek semakin meledak. Siapa sangka, bahwa kompetesi yang saat itu dinilai 'ecek-ecek' sanggup bertahan hingga penyelenggaraan ke 5 di tahun 2011.

Ironisnya, dengan keberhasilan kami (bukan saya), banyak pihak terutama klub besar dari daerah sendiri yang masih mengkaitkan keberhasilan ini karena campur tangan dari Universitas Trisakti !. Oleh karenanya, demi untuk membuktikan potensi dan kesolidan tim panpel. Pada tahun 2009, saya kembali menyelenggarakan kompetisi judo Ganesa Cup di Toray Judo Hall. Kompetisi ini sekaligus sebagai Tribute saya selaku jebolan Toray Judo Club. Kompetisi ini berlanjut hingga tahun 2010 dan 2011 di salah mall terbesar di Kota Tangerang.

Saat ini, Elite Judo Trisakti (UKM Judo Trisakti bila di sebutkan di Kampus Trisakti), masih berdiri kokoh. Tentunya hal ini berkat kepemimpinan beberapa ketua yang memiliki tanggung jawab dan kepedulian yang sangat tinggi bagi tim. Inilah beberapa nama ketua, yang pernah menjabat sebagai ketua UKM Judo Trisakti :

  1. Maulana Adriansyah : Periode Tahun 2005
  2. Imam Munandar : Periode Tahun 2006
  3. Rully Ardian : Periode Tahun 2007
  4. Dewata Vinansius Adam Gultom : Periode Tahun 2008
  5. Sangapta Duana Ginting : Periode Tahun 2009 – 2010
  6. Andreas Roberto Manuel Sumbung – 2011
  7. Siti Juwita : Periode Tahun 2012

1 komentar:

Bung Kecil mengatakan...

Tidak sangka Irdan Rahadian, sudah meninggal. Saya pernah satu sekolah sama Irdan, di SMAN 1 Sukaresmi.